Identitas
nasional berasal dari kata "national identity" yang dapat di artikan
sebagai "kepribadian internasional" atau "jatidiri
nasional". Identitasnasional adalah jatidiri yang dimiliki oleh suatu
bangsa. Identitas bangsa indonesia akan berbeda dengan identitas bangsa
Australia, bangsa Amerika dan bangsa lainnya. Identitas nasional itu
terbentuk karena bangsa indonesia mempunyai pengalaman bersama, sejarah
yang yang sama, dan penderitaan yang sama dan juga terbentuk melalui
adanyta saling kerjasama antara kelompok yang satu denga kelompok yang
lain. Meskipun memiliki banyak perbedaan, namun keingina kuat diantara
mereka untuk saling merekatkan kelompoknya dengan kelompok lain dapat
juga membentuk identitas.
Sebagai
bagian dari Indonesia, sudah sepatutnya kita bangga akan banga kita
sendiri. Bagaimana tidak? Indonesia merupakan negara yang kaya akan
sumberdaya alamnya, memiliki beragam suku, bahasa dan kebudayaan.
Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki pulau terbanyak di
dunia. Indoensia memiliki dua musim yang stabil musim panas dan hujan.
Banyak turis asing yang berkata bahwa orang Indonesia ramah-ramah.
Begitu termahsyurlah Indonesia di mata dunia. Untuk itu sudah sewajarnya
sebagai bangsa yang baik kita harus mengetahui identitas nasional kita,
dimana kita berada. Salah satu cara terbaik dalam mengetahu identitas
nasional adalah dengan cara membandingkan identitas bangsa sau dengan
yan lain, itu bukan berarti kita harus bersikap etnosentrisme namun
lebih kepada kabalisme, penekanan yang terlampau berlebihan pada
keunikan serta eksklusivitas yang ekstorik, karena tidak ada satu
bangsapun di dunia ini yang mutlak berbeda dengan bangsa lain
(Darmaputra, 1988: 1).
Selama
ini masyarakat Indonesia masih bingung dengan identitas bangsanya. Agar
dapat memahaminya, pertama-tama harus dipahami terlebih dulu arti
Identitas Nasional Indonesia. Moto nasional Indonesia adalah “Bhinneka
Tunggal” atau “kesatuan dalam keragaman”. Hal ini diciptakan oleh para
pemimpin Republik yang baru diproklamasikan pada tahun 1945 dan
tantangan politik adalah sebagai benar mencerminkan hari ini seperti
yang lebih dari 50 tahun yang lalu. Karena meskipun setengah abad
menjadi bagian dari Indonesia yang merdeka telah menimbulkan perasaan
yang kuat tentang identitas nasional di lebih dari 13.000 pulau-pulau
yang membentuk kepulauan, banyak kekuatan lain yang masih menarik negara
terpisah. Deklarasi kemerdekaan mengikuti proses yang lambat penjajahan
Belanda yang dimulai pada abad ke-17 dengan penciptaan VOC Belanda.
Menghadapi
identitas nasional Bangsa Indonesia sendiri masih kesulitan dalam
menghadapi masalah bagaimana untuk menyatukan negara yang mempunyai
lebih dari 250 kelompok etnis, yang memiliki pengalaman dari Belanda
bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Sukarno, yang menjadi
presiden pertama dari Republik, adalah seorang nasionalis tertinggi.
Dialah yang menciptakan ideologi nasional Indonesia Pancasila dirancang
untuk mempromosikan toleransi di antara berbagai agama dan
kelompok-kelompok ideologis. Penyebaran bahasa nasional – Bahasa
Indonesia – juga membantu menyatukan multi-bahasa penduduk.
Untuk
itu kita perlu mengulas lebih dalam, apa yang menjadi dasar negara kita
sehingga kita dapat mengacunya dan memposisikan identitas bangsa kita
sesuai dengan dasar negara yang telah dibuat oleh para pendiri bangsa.
Pada siding BPUPKI tercetuslah dasar negara bangsa Indonesia, yaitu
pancasila. Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini
merujuk pidato Sukarno di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan
alumni Universitas di Eropa, di mana filsafat barat merupakan salah satu
materi kuliah mereka. Pancasila terinspirasi konsep humanisme,
rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi, sosialisme Jerman,
demokrasi parlementer, dan nasionalisme. Filsafat Pancasila kemudian
dikembangkan oleh Sukarno sejak 1955 sampai berakhirnya kekuasaannya
(1965). Pada saat itu Sukarno selalu menyatakan bahwa Pancasila
merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi
Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen),
dan Arab (Islam). Menurut Sukarno “Ketuhanan” adalah asli berasal dari
Indonesia, “Keadilan Soasial” terinspirasi dari konsep Ratu Adil.
Sukarno tidak pernah menyinggung atau mempropagandakan “Persatuan”.
Bangsa
Indonesia yang majemuk ini dikenal sebagai bangsa yang santun, ramah,
selalu menghormati orang lain, selalu menjaga perasaan orang, berunggah-ungguh,
mementingkan nama baik atau kehormatannya daripada sekedar harta
kekayaan, pemaaf, dan sifat-sifat mulia lainnya. Karakteristik seperti
itu telah dikenal lama dan bahkan telah menjadi identitas bangsa
Indonesia. Sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh bangsa Indonesia juga
dikenal di negeri orang. Jama’ah haji misalnya, mereka yang datang
dari Indonesia dikenal ramah, santun, dan selalu
mengalah. Mengalah bukan berarti kalah. Sikap seperti itu diambil
hanya semata-mata dimaksudkan agar tidak menganggu dan atau untuk
menghormat orang lain. Tidak pernah terdengar bahwa juama’ah haji
Indonesia berebut tempat, marah, dan apalagi bertengkar tatkala berada
di tanah suci.
Tatkala
akhir-akhir ini bangsa Indonesia ditimpa oleh kasus-kasus korupsi,
sebenarnya penyakit masyarakat itu juga bukan miliknya sendiri. Dalam
sejarah, tidak pernah ada pemimpin bangsa ini yang menyimpangkan uang
negara. Raja-raja yang pernah memerintah di negeri ini, dahulu runtuh
bukan oleh karena korupsi. Munculnya kasus-kasus penyimpangan uang
negara adalah merupakan gejala baru pada akhir-akhir ini. Bangsa
Indonesia bukan bangsa yang suka mengambil hak orang lain dan apalagi
harta itu adalah milik negara.
Simbol,
lambang-lambang, dan filsafat hidup bangsa Indonesia menggambarkan
kehidupan yang sangat mulia. Sekalipun bangsa ini terdiri atas berbagai
suku, adat istiadat, agama dan lain-lain, selalu mencita-ciotakan
terwujudnya persatuan dan kesatuan yang kokoh. Terkait dengan itu,
semboyan yang dikembangkan, dan bahkan telah menjadi kebanggaan bangsa
ini adalah Bhimneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu. Selain
itu warna yang dipilih sebagai identitas, ialah merah putih. Dua warna
itu memiliki makna yang amat mulia, ialah berani tetapi benar.
Keberanian bangsa Indonesia itu tumbuh dan bangkit oleh karena membela
kebenaran. Tidak ada lambang-lambang lain yang bernuansa sebaliknya,
yaitu misalnya yang menggambarkan karakteristik bernilai dan berwajah
rendah. Sifat-sifat menyimpang adalah bukan miliknya.
Dan
pada era Soeharto Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami
Indonesiasi. Melalui filsuf-filsuf yang disponsori Depdikbud, semua
elemen Barat disingkirkan dan diganti interpretasinya dalam budaya
Indonesia, sehingga menghasilkan “Pancasila truly Indonesia”. Semua sila
dalam Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila dijabarkan menjadi
lebih rinci (butir-butir Pancasila). Filsuf Indonesia yang bekerja dan
mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah truly Indonesia antara
lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan, Wasito Poespoprodjo,
Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi,
Kaelan, Moertono, Soerjanto Poespowardojo, dan Moerdiono.
Berdasarkan
penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah
hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia
yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan,
norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling
bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia. Kalau
dibedakan anatara filsafat yang religius dan non religius, maka filsafat
Pancasila tergolong filsafat yang religius. Ini berarti bahwa filsafat
Pancasila dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenal adanya
kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran
religius) dan sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan manusia,
termasuk kemampuan berpikirnya.
Kita
tahu bahwa identitas nasional atau jatidiri nasional itu adalah
jatidiri yang dimiliki warga negara dan suku bangsa dari suatu negara.
Identitas nasional atau jatidiri nasional itu ada dalam interaksi, maka
dapatlah kita katakan bahwa jatidiri itu diperlukan dalam interaksi.
Karena didalam setiap interaksi para pelaku interaksi mengambil suatu
posisi dan berdasarkan posisi tersebut para pelaku menjalankan
peranan-peranannya sesuai dengan corak interaksi yang berlangsung. Maka
dalam berinteraksi orang berpedoman pada kebudayaannya. Jika kebudayaan
kita katakan bagian dari identitas nasional, maka kebudayaan itu juga
dapat dijadikan pedoman bagi manusia untuk berbuat dan bertingkah laku.
Sumber : http://fakhriassyauqi-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-75521-Kewarganegaraan-Falsafah%20Pancasila%20Merujuk%20Pada%20Identitas%20Bangsa%20Indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar