Tampilkan postingan dengan label sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sejarah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 30 September 2014

Kisah KRI Dewaruci Pernah dijadikan latar syuting film Hollywood

Perjalanan KRI Dewaruci dari Belawan, Medan, ke Jakarta melewati Penang, Malaysia. Di kota pelabuhan itu, Dewaruci pernah mencatat sejarah, yakni menjadi lokasi syuting film Hollywood. Inilah laporan wartawan Jawa Pos SURYO EKO PRASETYO yang mengikuti ekspedisi keliling dunia tersebut.




APA ITU KRI Dewaruci ?
KRI Dewaruci adalah kapal latih bagi taruna/kadet Akademi Angkatan Laut, TNI Angkatan Laut. Kapal ini berbasis di Surabaya dan merupakan kapal layar terbesar yang dimiliki TNI Angkatan Laut. Nama kapal ini diambil dari nama dewa dalam kisah pewayangan Jawa, yaitu Dewa Ruci.

Lalu bagaimana kisah Kapal latih kebanggaan TNI Angkatan Laut itu bisa dijadikan latar syuting film Hollywood ?

MALAM  itu (6/10) cuaca di sekitar KRI Dewaruci yang sedang melintasi Selat Malaka tampak begitu cerah. Efek gelombang laut yang mengenai lambung kapal tidak terlalu berasa. Angin sepoi-sepoi yang bertiup di geladak atas terasa menyejukkan. Kelap-kelip jutaan bintang menghiasi langit cakrawala.

Suasana itu berbeda dari dua hari sebelumnya. Hujan deras mengguyur laut yang dilalui Dewaruci sepanjang siang hingga menjelang magrib setelah kapal tiang tinggi tersebut meninggalkan dermaga Pangkalan Utama TNI-AL (Lantamal) I Belawan. Tebalnya kabut pada pagi dan malam membuat jarak pandang menjadi terbatas. Selat itu termasuk alur pelayaran terpadat untuk jalur keluar-masuk wilayah Indonesia. Kapal besar yang melewati selat tersebut direkomendasikan untuk lebih mendekati perairan Malaysia.

"Perairan yang mendekati wilayah Malaysia lebih dalam dibanding di perairan Sumatera. Karena itu, kapal besar diarahkan ke perairan internasional yang dekat Malaysia," tutur Juru Navigasi Dewaruci Serma Nav Loka Gumilang.

Tidak sampai ujung cakrawala (12 mil) dari lambung kiri Dewaruci, terlihat daratan dengan sinar lampu terang yang memanjang. Daerah itu, menurut bintara yang baru naik pangkat satu setrip tersebut, adalah wilayah Penang, Negara Bagian Perlis, Malaysia.

Kota pelabuhan di pantai barat laut Malaysia itu tidak bisa dilepaskan dari sejarah Dewaruci yang pernah meramaikan industri perfilman Hollywood. Awal 1999, sebelum kapal legendaris itu berlayar keliling Amerika pada April-September, Dewaruci dipilih studio Fox 2000 Pictures sebagai salah satu lokasi film "Anna and The King" yang disutradarai Andy Tennant. Film yang dibintangi Jodie Foster dan Chow Yun Fat itu masuk nomine Academy Awards 2000 untuk kategori Best Art Direction dan Best Costume Design.

Bintang Hollywood Jodie Foster saat proses syuting film "Anna and The King" di atas KRI Dewaruci. Jodie berpose bersama Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Darwanto (kanan).


Dalam film tersebut, Dewaruci didesain menjadi kapal layar abad ke-18 milik Inggris. Kebetulan kapal latih TNI-AL yang kini menapaki umur 60 tahun itu merupakan kapal layar tiga tiang tinggi jenis barquentine yang banyak dipakai pelaut-pelaut Eropa dan Amerika. Jenis barquentine merupakan kapal layar tiga tiang atau lebih yang memiliki layar persegi di tiang depan.

Atas izin Mabes TNI-AL, Dewaruci yang bermarkas di bawah Satuan Kapal Bantu Komando Armada RI Kawasan Timur (Satban Koarmatim) meminjamkan Dewaruci untuk syuting film yang menelan biaya sekitar USD 75 juta tersebut. Ketika itu komandan kapal dijabat Letkol Laut (P) Darwanto (sekarang kepala Staf Koarmatim berpangkat laksamana pertama).

"Saat itu 70 awak kapal berada di Penang selama dua mingguan untuk mengikuti syuting tersebut. Sebagian tampil sebagai figuran," kenang Bintara Dinas Dalam Kopda Ttg. Johan Safri. Tentara dari Palembang itu merupakan salah seorang saksi yang turut dalam produksi film tersebut.

Untuk keperluan syuting film Amerika Serikat itu, badan Dewaruci terpaksa dicat hitam semua. Warna hitam pada lambung dan tiang dibutuhkan untuk menggambarkan kapal yang sudah tua. Dua kanopi Dewaruci dari besi yang menghubungkan ke geladak tengah "diganti" dengan kayu untuk menyesuaikan dengan zaman. Cerobong mesin dan peralatan navigasi yang ada di kapal itu seperti antena radio, satelit, dan radar untuk sementara dilepas.

Railing besi yang mengitari lambung ditutup kain cokelat menyerupai kayu untuk maksud yang sama. Tulisan Dewaruci di lambung kiri dan kanan diganti tulisan Newcastle. Sementara itu, bendera Merah Putih yang berkibar di buritan diganti bendera Britania Raya. Yang tersisa hanya logo Akademi Angkatan Laut di bagian belakang bawah tiang bendera.

"Yang mengganti properti di geladak atas dan mengecat kapal, ya pihak produser. Kami sebatas supervisi," ujar Asisten Bostman B (penanggung jawab tiang belakang) Dewaruci Koptu Bah Kiran.

Selesai syuting, kapal berdimensi 58,3 x 9,5 meter itu dicat seperti warna semula, putih. Selama dua minggu syuting, kru yang tidak terlibat dalam film beraktivitas seperti biasa di geladak tengah dan bawah."Mereka dilarang nongol dalam gambar saat syuting kapal sedang berlayar di Selat Malaka hingga sandar di Penang dan Ipoh.

"Meski hanya jadi figuran, rasanya tersiksa karena syutingnya diulang-ulang. Saya pernah mengulang sampai lima kali dalam satu adegan," kenang Kiran.

Film itu menceritakan kapal yang sedang membawa guru privat dari daratan Inggris menuju Kerajaan Mongkut di Siam, Thailand. Guru tersebut didatangkan untuk mengajar anak-anak raja.

Syuting dilakukan di Penang, Malaysia, karena pemerintah Thailand tidak memberikan izin film dibuat di negaranya. Pemerintah Negeri Gajah Putih bahkan melarang film itu beredar di negaranya setelah produksi selesai. Penyebabnya, film tersebut dianggap melecehkan raja Siam yang memiliki pengaruh di Thailand.

Kiran mengaku bangga walau hanya menjadi pemain figuran juru layar dalam film itu. Selain karena pernah "main" film bersama bintang terkenal, Kiran bangga lantaran para kru film sangat mengagumi Dewaruci. Beberapa kru film dari Amerika Serikat mengaku berat ketika harus berpisah dengan kapal yang sudah dua kali mengelilingi dunia itu.

"Ada kru film yang memeluk tiang sambil menangis ketika kapal akan meninggalkan Penang," imbuh tamtama yang baru saja naik pangkat tersebut.

Tampilnya Dewaruci dalam film berdurasi 148 menit itu sekaligus menjadi salah satu misi budaya kapal tersebut. Ketika kapal berlayar ke benua Amerika, memori film Anna and The King dapat menjadi pengingat bahwa Dewaruci pernah menghiasi box office sebagai salah satu film tersukses memasuki milenium kedua. 

Sumber :
http://www.jpnn.com/read/2012/10/14/143221/KRI-Dewaruci-dalam-Perjalanan-Pulang-dari-Ekspedisi-Keliling-Dunia-

Kamis, 24 April 2014

Soeharto Dimata Mantan Perdana Menteri Malaysia

"SETIAP KALI BERJUMPA PAK HARTO, SAYA SELALU MERASA KAMI BERBICARA DARI HATI KE HATI"

Tun Dr. Mahathir Mohamad


Sebelum saya bertemu langsung dengan Presiden Soeharto, saya selalu mengikuti perkembangan dari berbagai kebijakan yang dijalankan oleh pemerintahan beliau. Saya merencanakan apabila nanti diangkat menjadi Perdan   Menteri, maka kunjungan luar negeri saya yang pertama kali adalah kepada Presiden Soeharto. Dan itu terjadi setelah saya dilantik menjadi Perdana Menteri malaysia menggantikan Datuk Hussein On pada tahun 1981.
Kunjungan ini sangat berkesan. Saya disambut langsung oleh Presiden Soeharto di lapangan terbang dengan upacara kehormatan. Setelah itu saya satu mobil dengannya menuju kediaman untuk tamu negara di belakang Istana Merdeka. Pak Harto mengantar saya sampai ke kamar dan mengatakan apabila ada kekurangan bisa disampaikan kepada orang yang disiapkan untuk melayani.

Pertemuan ini menorehkan kenangan mendalam. Saya menilai Pak Harto sangat beradab dan mempunyai sifat-sifat baik. Orang Melayu menganut paham yang menghormati tamu. Saya melihat beliau betul-betul menghormati walaupun tamunya tidak memiliki jabatan yang setara, karena Pak Harto adalah seorang Presiden dan saya hanya perdana menteri.
Saya melihat setiap ucapan dan tindakan yang dilakukan Pak Harto benar-benar menunjukkan kualitasnya sebagai seorang pemimpin. Walaupun Pak Harto memiliki latar belakang sebagai tentara, ia tidak menunjukkan sikap yang sombong dan kalimat-kalimat yang keras. Bahasanya juga baik sekali.

DUKUNGAN DARI SEMUA PIHAK

Pak Harto adalah seorang yang tenang. Tindakan-tindakan dan keputusannya diambil dengan tenang. Pak Harto memerintah amat bijaksana dengan memahami masalah-masalah yang rumit dari sebuah negara besar dengan jumlah penduduk dua ratus juta orang yang berbeda kultur dan bahasa dan tinggal tersebar di kepulauan.
Pak Harto bisa mengawal keaadan. Tidaklah mudah bagi pemerintah mengawal keadaan sebuah negara yang baru dibentuk, seperti Indonesia yang baru merdeka dijajah Belanda, padahal sebelum itu Indonesia memiliki banyak kerajaan yang kadang-kadang saling bermusuhan. Pak harto juga mewarisi pemerintahan Soekarno yang memiliki banyak masalah pada masa itu —miskin dan tidak memiliki tujuan yang satu—. Namun Pak Harto mempunyai keyakinan dan percaya untuk mempertahankan kesatuan yang telah dibuat Bung Karno
 dan untuk melaksakannya Pak Harto mendapat dukungan semua pihak dari seluruh kepulauan di Indonesia
.
 Pak Harto adalah pemimpin yang memahami begitu banyak masalah, sehingga beliau bisa mengatasinya untuk kemudian membangun negara Indonesia dengan baik. Memang ada yang berpendapat bahwa Pemerintahan Pak Harto keras, tapi kami tidak melihat seperti itu, karen tidak mungkin suatu pemerintahan tidak berlaku tegas, dengan membiarkan sama sekali adanya masalah-masalah. Banyak negara yang merdeka pada waktu yang bersamaan, sampai sekarang tidak mengalami kemajuan apa-apa karena adanya civil war, perang saudara. Namun Pak Harto dapat mengawal sehingga Indonesia bisa menjadi sebuah negara yang jaya.

Kita tidak boleh membandingkan Indonesia dengan Malaysia. Indonesia adalah negara yang luas dengan banyak pulau, jumlah penduduk yang besar dengan suku-suku yang dimiliki. Sedangkan Malaysia adalah negara kecil sehingga lebih mudah kami mengurus sesuatu. Jadi kejayaan Pak Harto lebih besar dibandingkan kejayaan di Malaysia.
Melihat (membandingkan) Indonesia tidak bisa sama dengan melihat Malaysia. Sama halnya melihat Malaysia dengan Singapura, karena Singapura hanya sebuah bandar (kota). Dengan demikian, mengelola sebuah negara yang kecil lebih mudah dibandingkan mengelola sebuah negara yang besar. Pak Harto berjaya menyelesaikan permusuhan pada penghujung pemerintahan Bung Karno sehingga hal itu dapat dikurangi. Walaupun masih ada yang tidak setuju dengan Pak Harto, tetapi tidak menyebabkan pertikaian, dan Pak Harto bisa berbicara (menyelesaikan melalui pembicaraan-pembicaraan) dengan baik.
 MEREKA TAK INGIN NEGARA KITA MAJU
Setiap kali berjumpa Pak Harto, saya selalu merasa kami berbicara dari hati ke hati, berbincang sebagai sahabat. Masalah antara Indonesia dan Malaysia selalu ada tetapi masalah itu kecil-kecilan. Apabila ada masalah yang mengharuskan presiden dan perdana menteri turun tangan, maka selalu dibicarakan dengan baik sehingga masalah tidak menjadi besar dan membuat buruk hubungan kedua negara. Pak Harto menganggap Malaysia sebagai bangsa yang serumpun, begitu pula saya menempatkan Indonesia sebagai bangsa serumpun. Hanya karena sejarah yang membuat Indonesia dan Malaysia terpisahkan, namun sesungguhnya kedua bangsa berasal dari satu bangsa.
Dimana-mana, dalam hubungan dua negara selalu ada konflik. Secara geografis Malaysia berada di tengah-tengah di antara lima negara ASEAN. Dengan setiap negara, Malaysia memiliki masalah. Malaysia memiliki masalah dengan Thailand, Singapura, Philipina, Brunei Darussalam, dan Indonesia, tetapi yang paling mudah diselesaikan adalah dengan Indonesia. Jadi saya merasa berutang budi terhadap Indonesia dan Pak Harto.

Pandangan orang asing dari negara-negara barat terhadap saya dan Pak Harto, tidak begitu baik. Seolah-olah mereka tidak ingin melihat hubungan baik kedua negara ini. Oleh karena itu kami mendapatkan kecaman-kecaman, antara lain dengan merusakkan perekonomian kedua negara. Sebagai contoh, bagaimana mata uang Indoensia dan Malaysia dijatuhkan sehingga ekonomi menjadi rusak. Indonesia dan Malaysia memiliki masalah yang sama. Hanya saja sebagai negara yang kecil, masalah di Malaysia lebih mudah diselesaikan, berbeda dengan Indonesia yang memiliki masalah yang lebih kompleks. Sebab itu, Indonesia-Malaysia selalu berhubungan untuk menyelesaikan masalah bersama-sama.


PAK HARTO SENGAJA DIJATUHKAN

Tekanan terhadap Pak Harto amat berat pada saat terjadi krisis mata uang di tahun 1998. Pak Harto mengatakan dirinya tidak bisa tidur. Karena pada saat itu sudah maju sehingga akhirnya Pak   Harto menerima usulan IMF untuk campur tangan dalam penanganan keuangan dan ekonomi negara. Saya sangat sedih melihat gambar Michael Camdesus, Direktur IMF pada saat itu yang menunjukkan seolah-olah dia mendapat kekuasaan yang besar. Pak Harto tidak dapat menolak karena tekanan sangat besar. Saya tidak bisa melupakan peristiwa itu dan sangat sedih karenanya.
Ketika krisis ekonomi melanda Asia Tenggara, saat itu mata uang Malaysia juga jatuh lebih dari separtuhnya, dari RM 25 per US $ menjadi RM 5 per 1 US $. Sedangkan Indonesia jatuh dari Rp. 2.500 per 1 US $ menajdi Rp. 16.000 per 1 US $, sehingga menyebabkan Indonesia sangat miskin yang mengakibatkan meningkatnya pengangguran. Semuanya menyalahkan Pak Harto, padahal kondisi itu terjadi bukan karena Pak Harto, sementara Malaysia juga sibuk mencari jalan keluarnya sendiri. Siapapun yang menghadapi masalah tersebut, pasti tidak akan bisa menyelesaikan. Apalagi pada waktu itu semua menyalahkan Pak Harto sehingga komnunikasi tidak bisa dilakukannya.
Saya berkesimpulan bahwa badai perekonomian yang melanda Asia Tenggara pada tahun 1998 itu memang dirancang untuk menjatuhkan pemerintahan Pak Harto. Sehartusnya Pak Harto yang telah memerintah dengan bijak dan berhasil membawa kemajuan bagi Indoensia dan ASEAN, tidak pantas mendapat perlakuan seperti itu. Di ASEAN, Pak Harto memainkan peranan yang sangat penting. Para pemimpin negara ASEAN mendudukkan Pak Harto sebagai orang tua. Kejatuhan Pak Harto merupakan kerugian yang besar di Asia Tenggara karena beliau sangat dihormati oleh para pemimpin Asean lainnya.


LUKISAN WAYANG YANG ISTIMEWA
Saya dan Pak Harto selalu bertukar cendera mata setiap kali bertemu. Saya senang sekali ketika mendapat kenangan lukisan wayang kulit, ini tidak ada dimanapun, bagus sekali. Saya juga mengikuti cara Pak Harto yang menyimpan rapi semua kenanagan dari kepala-kepala negara sahabat di Museum Purna Bahakti Pertiwi. Hadiah-hadiah yang pernah saya terima bukanlah untuk diri sendiri, melainkan untuk seluruh rakyat Malaysia. Saya kumpulkan hadiah-hadiah tersebut dan meletakkanya di museum.
Kadangkala Pak Harto mengetengahkan peribahasan Jawa dalam pembicaraan empat mata. Kami tertawa bersama. Pask Harto senang makan gudeg, saya pun suka gudeg. Makan bersama pun sering dilakukan. Hubungan pribadi ini memberikan dampak positif kepada hubungan kedua negara. Pak Harto adalah seorang Presiden dari sebuah negara yang besar, tetapi dirinya tidak pernah lupa bahwa antara dua buah negara adalah serumpun bangsa sehingga tidak ingin bermusuhan. Saya merasa terhormat dapat diterima Pak Harto sebagai sahabat.
Setiap pemimpin memiliki kekurangan dan kelebihan, tetapi sebagai sebuah bangsa kita tidak boleh melupakan kejayaan yang telah berhasil dicapai oleh sebuah kepemimpinan. Bagaimana Pak Harto menempatkan Bung Karno sebagai tokoh proklamasi yang membawa Indonesia merdeka, itu tidak terlupakan. Begitu seharusnya yang diberlakukan terhadap Pak Harto.


KUNCI SUKSES PAK HARTO
Saya juga menyaksamai upaya Pak Harto mempertahankan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila sebagai idiologi bangsa. Setiap negara memiliki nilai-nilai kebangsaan dan jatidiri yang harus dipertahankan. Malaysia mengikuti apa yang dilakukan Pak Harto, yakni dengan adanya rukun negara. Kami mencontoh Indonesia. Setiap negara memerlukan sebuah pegangan yang menjadikan kita semua memiliki komitmen yang sama terhadap pegangan itu, sehingga sebuah bangsa bisa bersatu dalam suatu negara.
Saya mengetahui beberapa hal yang menjadikan kunci sukses Pak Harto di dalam memimpin dan membangun Indonesia. Yaitu, Pak Harto memiliki ketegasan dan beliau sangat paham terhadap berbagai masalah dan hal-hal yang diperlukan oleh rakyat dan negara Indonesia. Memang ada pemimpin yang bisa tetapi tidak memahami keperluan negaranya. Sebagai contoh, mengenai demokrasi. Kita memerlukan demokrasi, tetapi demokrasi seperti di Barat tidak cocok untuk negara yang lain karena masing-masing negara memiliki kekhasan dan tidak dapat dipaksakan. Pak Harto amat memahami kebutuhan demokrasi di Indonesia. Itu sebabnya mengapa di bawah kepemimpinan Pak Harto, Indonesia bisa maju dari negara miskin menjadi negara berkembang.
[1]       Penuturan Tun Mahathir bin Mohamad sebagaimana dikutip dari Buku “Pak Harto The Untold Stories”, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002).

[2]       Dr. Tun Mahathir bin Mohamad lahir 20 Desember 1925 di Alor Star, Kedah. Bapak dari dua orang putra dan seorang putri ini rajin menulis artikel politik di Sunday Times. Artikel-artikel tersebut kemudian dibukukan dengan judul The Malay Dilemma. Mulai aktif di UMNO tahun 1964, Tun Mahathir menjadi Deputi Perdana Menteri pada 1974 setelah sebelumnya menjabat Menteri Perdagangan dan Industri Malaysia.  Ia menjadi Perdana Menteri Malaysia pada 1981-2003. Kini Dr. Tun Mahathir memimpin Perdana Leadership Foundation yang terletak di Putrajaya, Malaysia.

Catitan:
Mantan Menteri Penerangan Malaysia,Tan Sri Zainuddin Maidin telah menggantikan Tun Dr. Mahathir ke upacara pelancaran buku Pak Harto The Untold Stories pada 8 Jun 2011 di Jakarta dan catatan Tun Mahathir ini tersiar di blog Soeharto pada 30 Januari lalu.
 Sumber :  http://zamkata.blogspot.com/2013/02/tun-mahatrhir-pak-harto-sengaja.html

Kisah Perang : Menyusup Ke Malaysia


Foto : Presiden Soekarno sedang berjalan di depan pasukan RPKAD (Kopassus)


Antara tahun 1961-1966 meletus konfrontasi Indonesia dart Malaysia yang kemudian memicu konflik bersenjata di perbatasan baik berupa penyusupan pasukan gerilya maupun pasukan regular. Tapi karena konflik itu merupakan peperangan yang tidak diumumkan (undeclared war) infiltrant yang menyusup menggunakan nama sukarelawan meskipun sebagian besar di antaranya merupakan anggota ABRI/TNI. Turunnya anggota TNI itu merupakan langkah antisipasi mengingat musuh yang dihadapi merupakan tentara profesional bersenjata lengkap dan didukung oleh persenjataan modern mulai dari tank hingga pesawat tempur.

Konflik itu sendiri awalnya berlangsung di Kesultanan Brunei dan jauh dari masalah di dalam negeri Indonesia. Pada 8 Desember 1962 di Kesultanan Brunei Darussalam yang kaya minyak dan merupakan protektorat Kerajaan Inggris meletus pemberontakan bersenjata. Para pemberontak yang tidak puas secara ekonomi dan politik di Brunei berniat mendirikan negara merdeka, Negara Kesatuan Kalimantan Utara (NKKU).

Dalam upacara proklamasinya para petinggi NKKU yang berasal dari Partai Rakyat pimpinan Ahmad Azahari rupanya tidak hanya memberontak terhadap Kesultanan Brunei tapi juga tidak setuju terhadap upaya pembentukan negara federasi Malaysia. Sebuah negara federasi yang sedang direncanakan akan dibentuk di antara daerah-daerah yang selama ini menjadi jajahan Inggris di wilayah Asia Tenggara.

Aksi pemberontakan di Brunei yang dimotori oleh sayap militer Partai Rakyat, Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) ternyata tidak berumur panjang. Pasalnya pemerintah Inggris segera turun tangan dengan mengirimkan pasukan Gurkha dari Singapura. Berkat kemampuan tempur Gurkha yang sangat teruji para pemberontak TNKU segera bisa ditumpas dan banyak di antara para pemberontak yang selamat lari masuk hutan di Kalimantan Utara.

Pemberontak yang berhasil menyusup ke hutan serta merta menggalang dukungan dari penduduk setempat yang secara geografis wilayahnya ada yang masuk ke Indonesia. Untuk menggalang dukungan, gerilyawan TNKU tidak lagi ingin meruntuhkan pemerintahan monarki Brunei melainkan menyerukan ketidaksetujuannya terhadap pembentukan negara federasi Malaysia. Perang gerilya pun makin berkecamuk dan pasukan Inggris yang sudah berhasil mengamankan Brunei merasa kewalahan ketika medan tempur meluas hingga wilayah Kalimantan Utara, Sabah, dan Sarawak.


Bung Karno marah

Ketika pemberontakan di Brunei meletus secara tiba-tiba Presiden Soekarno sebenarnya sempat berang karena secara terang-terangan Brunei menuduh Indonesia sebagai penggerak kaum pemberontak. Tuduhan itu cukup masuk akal karena pemimpin Par-tai Rakyat, Azahari pernah menjadi anggota TNI dan bertempur di Yogyakarta. Meskipun ketika meletus pemberontakan, Azahari sedang ke Filipina untuk mencari dukungan, dan pemberontakan dilakukan oleh TNKU, Brunei tetap bersikeras Indonesia memberikan dukungan. Apalagi sisa pasukan TNKU yang lari menyusup ke Kalimantan Utara terus melancarkan perang gerilya dan diyakini mendapat dukungan dari warga Indonesia yang bermukim di Kalimantan Utara.

Akibat serangan gerilya yang bertujuan menggagalkan pembentukan Federasi Malaysia, pemerintah Malaysia yang saat itu berpusat di Kuala Lumpur juga turut melontarkan kecaman terhadap Indonesia. Presiden Soekarno pun makin meradang akibat kecaman yang berasal dari dua kubu itu.

Pemerintah Indonesia pada awalnya tidak secara terbuka menolak pembentukan negara Federasi Malaysia yang akan menggabungkan bekas jajahan Inggris seperti Singapura, Sabah, Sarawak, dan Brunei. Gagasan untuk pembentukan negara federasi itu sendiri awalnya berasal dari Perdana Menteri Persekutuan Tanah Melayu Tunku Abdul Rah-man yang dikemukakan di depan forum The Foreign Correspondents Association of South East Asia. Pemerintah Indonesia masih bersikap pasif karena sedang disibukkan dengan kampanye Trikora untuk membebaskan Irian Barat. Presiden Soekarno yang sedang menghadapi masalah ekonomi juga berusaha tetap menahan diri kendati keinginan untuk berkonfrontasi dengan Malaysia sudah naik ke ubun-ubun.

Namun sesudah beberapa bulan mendiamkan saja beragam kecaman yang diontarkan Kuala Lumpur, pada bulan April 1963 Bung Karno betul-betul tidak bisa menahan din. Di depan peserta yang menghadiri Konferensi Wartawan Asia Afrika yang berlangsung di Jakarta, Bung Karno terang-terangan menentang pembentukan negara Federasi Malaysia. Konfrontasi dengan Malaysia pun tak terelakkan dan seluruh kekuatan politik dan militer Indonesia segera diarahkan untuk mengempur Malaysia.

Militer Indonesia yang sebelumnya digelar untuk Operasi Trikora kembali disibukkan oleh perintah Bung Karno yang sangat tiba-tiba itu. Secara psikologis militer Indonesia bahkan tidak berharap terjadi perang karena musuh yang dihadapi, khususnya Inggris dan sekutunya sangat kuat. Tapi perintah pemimpin besar revolusi yang sedang emosional tetap harus dijalankan sebaik-baiknya.

Keadaan makin memanas karena pada tanggal 29 Agustus 1964 pembentukan negara Malaysia telah ditetapkan di Kuala Lumpur dan London. Pengumuman yang dilakukan secara mendadak dan sepihak itu sangat mengejutkan karena tim pencari fakta PBB yang terdiri dari sembilan negara belum sempat meyelesaikan tugasnya. Tim itu bahkan belum tiba di Kalimantan Utara tapi pengumuman berdirinya negara Malaysia ternyata telah berlangsung. Pengumuman itu bagi Presiden Soekarno yang pernah menghadiri KTT di Mania dan membicarakan tentang berdirinya negara Malaysia tidak hanya melanggar kesepakatan KTT tapi juga menghina pribadi Soekarno.

Dalam kesepakatan KTT di Mania, Soekarno tidak menghalangi pembentukan negara federasi Malaysia asalkan diadakan jajak pendapat terlebih dahulu terhadap masyarakat yang tinggal di Kalimantan Utara.
Menyikapi pengumuman pembentukan negara Malaysia yang bersifat melecehkan kedaulatan Indonesia itu, Soekarno dan kabinetnya segera menempuh jalur keras. Mereka mengemukakan pembentukan Malaysia melanggar tiga hal. Pertama, tidak demokratis, kedua bertentangan dengan KTT Manila, dan ketiga bertentangan dengan resolusi PBB mengenai dekolonisasi. Reaksi keras dan konfrontatif yang kemudian ditunjukkan oleh pemerintah Indonesia adalah tidak hanya sekedar merestui aksi penyusupan para sukarelawan masuk ke seberang perbatasan Malaysia. Tetapi secara terangterangan kekuatan pasukan ABRI mulai menampakkan dukungannya kepada perjuangan rakyat Kalimantan Utara. Aksi ganyang Malaysia pun tinggal menunggu hari.


Dwikora

Tindakan militer untuk menggempur Malaysia pun dikumandangkan oleh Soekarno di de-pan rapat raksasa di Jakarta pada 3 Mei 1964. Presiden Soekarno lalu mengumumkan perintah Dwi Komando Rakyat (Dwikora). Poin pertama Dwikora adalah petinggi ketahanan revolusi Indonesia. Kedua, membantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak, dan Sabah untuk menghancurkan Malaysia.
Komando tempur Dwikora dipercayakan kepada Panglima Angkatan Udara Laksamana Madya Omar Dhani yang menjabat sebagai Panglima Komando Siaga (KOGA). Sementara tugas yang dibebankan kepada KOGA adalah mempersiapkan operasi militer terhadap Malaysia. Sebagai Panglima KOGA, Omar Dhani bertanggung jawab langsung kepada Panglima Tertinggi ABRI/ KOTI, Presiden Soekarno. Tapi sebelum KOGA dibentuk, aksi penyusupan yang dilancarkan oleh sukarelawan Indonesia sudah berlangsung cukup lama.

Operasi penyusupan yang digelar Indonesia ke wilayah perbatasan Malaysia sesungguhnya merupakan operasi yang berbahaya karena musuh yang dihadapi merupakan pasukan reguler terlatih dan berpengalaman di berbagai medan perang. Militer Malaysia yang didukung Inggris dan negara-negara persemakmuran seperti Selandia Baru serta Australia tidak bisa dihadapi oleh pasukan gerilya yang menyamar dan mengunakan persenjataan terbatas. Gerilyawan Indonesia yang terdiri dari para sukarelawan bahkan harus menghadapi pasukan Gurkha dan SAS Inggris yang sudah sangat berpengalaman dalam pertempuran hutan. Selain itu, garis perbatasan Malaysia-Indonesia yang panjangnya sekitar 1.000 km juga tidak mungkin hanya diamankan oleh pasukan gerilya.

Kondisi itu mungkin tidak terpikirkan oleh Presiden Soekarno yang sedang bersemangat setelah sukses merebut Irian Barat lewat Trikora. Tapi bagi Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Achmad Yani, situasi medan tempur di perbatasan itu sangat merisaukannya, kendati Angkatan Darat sudah mengirim Batalyon II RPKAD untuk mengamankan perbatasan. Letjen Ahmad Yani pun segera memanggil personel andalan RPKAD yang sukses memimpin perang gerilya di Irian Barat, Mayor Benny Moerdani. Tugas yang kemudian dibebankan kepada Benny adalah segera berangkat ke Kalimantan Utara dan mengorganisasi cara menangkal aksi penyusupan pasukan Inggris.


 Mayor Benny Moerdani

Karena tugas Benny merupakan misi rahasia dan setibanya di Kalimantan Utara tidak menggunakan identitas prajurit RPKAD, Benny yang berangkat langsung dari Cijantung hanya membawa tim kecil. Tujuan operasi penyusupan tim kecil Benny adalah mengamati rute-rute penyerbuan yang nantinya bisa dipakai oleh induk pasukannya. Kawasan yang pertama kali menjadi daerah operasi Benny dan timnya di Kalimantan Utara adalah sebuah dusun kecil yang berlokasi di seberang perbatasan Serawak-Kalimantan Barat. Setelah sesuai dengan sasaran yang diserbu oleh RPKAD dan satuan lainnya pasukan kecil Benny terus melaksanakan tugas secara berpindah-pindah.

Selama melaksanakan misi pengintaian dan penyusupan di perbatasan, Benny –meskipun pada saat itu ABRI sudah secara terang-terangan membantu gerilyawan TNKU, harus selalu melaksanakan taktik penyamaran Sesuai kebijakan yang diambil pimpinan ABRI masa itu, Benny memperoleh identitas baru sebagai seorang sukarelawan dan memakai seragam TNKU. Nama yang tertulis di kartu anggota TNKU tetap Moerdani, tapi dia dijadikan warga masyarakat Kalimantan Selatan, kelahiran Muarateweh, kota kecil yang berada di tepi Sungai Mahakam. Bersama personel TNKU yang dipimpinnya Benny kemudian mulai melancarkan perang gerilya terhadap pasukan Inggris. Pasukan TNKU yang berintikan prajurit RPKAD yang sudah berpengalaman tempur itu pun langsung menunjukkan prestasinya kendati musuh yang dihadapi merupakan pasukan khusus SAS.


Diplomasi Intelejen

Dalam suatu serangan penyergapan di pedalaman Kalimantan Timur yang berhutan lebat pasukan gerilya TNKU berhasil menawan satu orang musuh, menembak mati satu orang lagi, sementara dua musuh berhasil melarikan diri dan lobos karena.diselamatkan heli Inggris. Dad total musuh yang berjumlah empat orang, tim kecil bisa dipastikan anggota SAS yang sedang menyusup.


 Pasukan Khusus SAS Inggris





Peristiwa tertawannya satu anggota pasukan SAS itu segera disampaikan kepada Letjen Ahmad Yani. Karena merupakan peristiwa sangat penting, anggota SAS yang tertawan dan terluka cukup serius itu segera diperintahkan oleh Ahmad Yani untuk dikirim ke Jakarta guna kepentingan propaganda. Bukti adanya pasukan SAS yang tertawan jelas akan membuat pemerintah Inggris mengambil sikap terhadap kebijakan militernya di perbatasan Kalimantan-Malaysia.

Tapi karena kurangnya alat transportasi dan sarana kesehatan, anggota SAS yang tertawan ternyata sudah meninggal sebelum dikirim ke Jakarta. Mayat anggota SAS itu akhirnya terpaksa dikuburkan di tengah hutan Kalimantan dan hanya dog tag dan persenjataannya yang dikirim ke Jakarta sebagai barang bukti.

Pada pertengahan tahun 1964 konfrontasi Indonesia-Malaysia makin memuncak apalagi setelah pasukan TNI AU menerjunkan sekitar 100 pasukan ke wilayah Labis dan kemudian Johor. Aksi ini nyaris menyulut aksi balasan besar-besaran yang akan dilancarkan RAF dan AL Inggris. Jika pesawat-pesawat tempur RAF yang berpangkalan di Singapura sampai menyerang Jakarta, konflik Indonesia-Malaysia pasti berubah kepada kondisi yang sangat merugikan Indonesia.

Untuk mengatasi hal terburuk itu, Benny pun dipanggil pulang ke Jakarta pada bulan Agustus 1964. Untuk pulang ke Jakarta dari pedalaman Kalimantan bukan sesuatu yang mudah bagi Benny. Pasalnya is harus berjalan kaki selama empat hari ke kawasan Long Sembiling, lalu disusul melewati belasan jeram sebelum mencapai sungai besar yang menjadi sarana transportasi utama di Kalimantan. Setelah menyusuri sungai besar tersebut Benny pun akhirnya tiba di Tarakan dan selanjutnya terbang ke Jakarta.

Menyadari bahwa jika pasukan Inggris sampai mengerahkan seluruh kekuatannya akan berakibat fatal, pemerintah Indonesia pun segera melakukan penyempurnaan terhadap organisasi pertahanannya. Komando KOGA yang menurut Presiden Soekarno dianggap tidak bisa berjalan efektif kemudian diubah menjadi Komando Mandala Siaga (KOLAGA). Dalam struktur komando ini Omar Dhani tetap menjabat panglima namun kekuasaannya mulai berkurang karena wilayah komandonya dibatasi hanya di mandala Sumatra dan Kalimantan.

Kewenangan komando Omar Dhani semakin surut setelah pada 1 Januari 1965, Soekarno menunluk Mayjen Soeharto sebagi Wakil Panglima I Kolaga. Wibawa Omar Dhani pun makin merosot akibat kehadiran Soeharto yang telah sukses menggelar Operasi Trikora itu. Sebagai Wakil Panglima I Kolaga dan sekaligus Panglima Kostrad, Soeharto segera melaksanakan perjalanan di seluruh wilayah Kalimantan Utara dan Sumatra Utara. Dad semua wilayah yang dikunjungi sesuai perintah Dwikora akan dilaksanakan serangan besar-besaran terhadap Malaysia. Tapi Soeharto ternyata punya pertimbangan tersendiri terhadap perkembangan situasi yang kritis dari konflik Indonesia-Malaysia.

Pertimbangan Soeharto terhadap konflik yang makin memanas itu menjadi semakin realistis sejak munculnya gerakan G30S/PKI yang mengakibatkan korban sejumlah jenderal AD, salah satunya adalah Achmad Yani. Gerakan G30S/PKI yang berhasil ditumpas berkat ketegasan kepimpinan Soeharto itu makin membuat wibawanya naik daun. Beberapa minggu kemudian Omar Dhani yang dianggap terkait G30S/PKI diberhentikan dan Panglima Kolaga langsung diserahkan kepada Soeharto.

Tak lama kemudian disusul munculnya Supersemar 11 Maret 1966 yang berisi surat perintah penyerahan kekuasaan kepada Soeharto. Dengan modal kekuasaan dan wibawa yang dimilikinya Soeharto pun memaki kebijakan sendiri untuk mengatasi konfrontasi Indonesia -Malaysia. Secara diam-diam Soeharto kemudian membuka operasi rahasia yang bersifat khusus. Untuk melaksanakan operasi tersebut ternyata dipercayakan kepada Benny.

Tujuan operasi khusus itu sendiri ada dua target. Pertama, melakukan usaha penggalangan dengan para tokoh masyarakat dan partai-partai politik di Malaysia yang tidak mendukung pembentukan negara Malaysia. Melalui orang-orang yang mendukung itu, mereka akan dimanfaatkan untuk mendukung perjuangan Indonesia. Kedua, mengkaji secara mendalam kebenaran persepsi dan sikap formal pemerintah Indonesia yang beranggapan Indonesia memang telah dikepung oleh Nekolim Malaysia. Sementara sasaran inti operasi khusus adalah seluruh potensi yang anti federasi dan pro pemerintah Indonesia serta mereka yang kemungkinan menyetujui adanya gagasan untuk mengakhiri konfrontasi secara damai. Namun jika operasi khusus itu menemui kegagalan semua kekuatan militer Indonesia siapkan melakukan penghancuran fisik terhadap Malaysia.


Dari Thailand

Operasi khusus yang dipimpin oleh Benny tidak dilaksanakan langsung dari Indonesia melainkan dari daratan Thailand yang berada di lambung belakang Malaysia. Operasi itu terbagi dalam empat jenis, yakni operasi intelijen, operasi teritorial, operasi kantong, dan operasi ganyang. Operasi intelijen bertujuan mengumpulkan segala macam bahan-bahan intelijen, operasi teritorial bertujuan membantu rakyat setempat yang menentang pembentukan negara Malaysia, operasi kantong merupakan pemindahan pasukan ABRI dari perbatasan masuk ke daerah lawan secara clandestine, dan operasi ganyang merupakan aksi perongrongan oleh para gerilyawan di daerah lawan.

perasi khusus yang ditangani Benny ternyata lebih menonjol dan cenderung menyelesaikan konfrontasi Indonesia-Malaysia secara damai. Benny yang saat berada di Thailand menyamar sebagai petugas tiket Garuda, tugasnya tidak hanya secara diam-diam mengirimkan infiltrant lewat Thailand tapi membangun kontak dengan tokoh-tokoh Malaysia yang pro damai. Kontak pertama dengan tokoh Malaysia bernama Ghazali dilakukan Benny di Bangkok. Kehadiran Ghazali sendiri saat itu didampingi Des Alwi, tokoh nasionalis Indonesia yang terpaksa melarikan diri ke Malaysia karena menentang kepemimpinan Bung Karno. Dari dua orang yang ditemuinya itu, Benny yang sudah mendatangkan Ali Moertopo ke Bangkok, lalu membangun kontak lebih jauh lagi, yakni bertemu Menteri Pertahanan Malaysia, Tun Abdul Razak.

Des Alwi yang kemudian bertemu Abdul Razak ternyata mendapat sambutan positif karena Menhan Malaysia ini ternyata menginginkan penyelesaian secara damai. Berbeda dibandingkan PM Malaysia Tunku Abdul Rah-man yang masih menginginkan konfrontasi. Des Alwi juga menekankan keinginan penyelesaian secara damai itu bukan datang dari Soekarno melainkan dari Soeharto yang juga menjabat Panglima Kostrad. Kepercayaan Razak makin mantap karena sepengetahuannya Kostrad tidak begitu antusias mengganyang Malaysia. Itu bisa dilihat dari sedikitnya personel Kostrad yang berhasil ditawan Malaysia. Dengan unsur “tidak begitu dendam” terhadap Kostrad, Razak kemudian bersedia untuk segera bertemu Benny.

Tak lama kemudian pertemuan Benny dan Razak berlangsung di Bangkok. Hasil pertemuan untuk penyelesaian secara damai bahkan makin maju karena Razak yang begitu antusias malah mengundang Benny untuk datang ke Kuala Lumpur.

Ketika perundingan damai antara Benny dan Menlu Razak makin mengalami kemajuan, pertempuran di perbatasan masih berlangsung sengit. Baik politisi dan petinggi militer Malaysia maupun Indonesia hanya sedikit yang mengetahui upaya penyelesaian damai itu. Benny sendiri ketika berkunjung ke Malaysia melakukannya secara rahasia. Agar tidak mengundang kecurigaan para petugas intelijen Inggris yang banyak berkeliaran di Malaysia, Benny mempergunakan dokumen perjalanan Malaysia. Misi Benny sukses selain bertemu Razak, dia juga sempat mengunjungi tahanan asal Indonesia dan memproses administrasi untuk memulangkan mereka kelak. Benny bahkan bisa menyiapkan safe house di Kuala Lumpur untuk lokasi perundingan-perundingan selanjutnya.

Tim operasi khusus yang kemudian memungkinkan pejabat Indonesia bisa berkunjung ke Kuala Lumpur untuk berunding bahkan menjadi lebih lengkap. Tidak hanya Benny, tapi anggota tim utama lainnya seperti bos Benny, Ali Moertopo, Daan Mogot, dan Willy Pesik juga hadir. Kedatangan tim secara rahasia itu bahkan sempat menggemparkan Malaysia. Pasalnya, kendati tim Benny datang dengan memakai dokumen perjalanan Malaysia, secara tak sengaja mereka mengisi kolom formulir imigrasi sehingga petugas imigrasi tahu adanya orang yang menyelundup ke Kuala Lumpur.

Menteri Dalam Negeri Malaysia Tun Ismail menjadi berang karena merasa tidak diberi tahu, tapi mujur Abdul Razak bisa menjernihkan kehebohan itu. Meskipun Mendagri Ismail sempat berang, kontak Razak dan tim Benny serta All Moertopo yang berada di Jakarta ternyata masih bisa berjalan secara rahasia. Pihak Inggris dan PM Malaysia yang sengaja tidak diberi tahu mengenai upaya damai ternyata diam-diam, saja seperti tidak tahu sama sekali. Sebaliknya di Indonesia, Bung Karno yang sudah mencium upaya damai itu malah tampak tenangtenang dan menilai Benny sedang belajar jadi seorang diplomat.

Puncak dari operasi rahasia adalah ketika sebuah Hercules TNI AU pada 25 Mei 1966 terbang secara rahasia dari Jakarta menuju Kuala Lumpur. Hercules yang mengangkut sejumlah perwira tinggi ABRI untuk perdamaian itu akan mendarat di Bandar Udara Subang, Kuala Lumpur, dan selanjutnya meneruskan perjalanan menuju Alor Setar, ibukota negara bagian Kedah untuk mengawali pembicaraan dengan PM Malaysia Tunku Abdul Rahman. Yang unik Tunku Abdul Rahman saat itu tidak mempercayai Razak bahwa akan datang tim perdamaian dari Indonesia. Namun demikian, Tunku Rahman tetap terbang menuju Alor Setar. Sebaliknya ketika Tunku sudah terbang, Abdul Razak mulai was-was karena Hercules TNI AU yang ditunggutunggu tidak segera tiba.


Misi Damai

Ketegangan dalam menunggu kedatangan Hercules makin diperburuk karena adanya gangguan komunikasi radio dan dugaan jangan-jangan Hercules misi damai itu telah ditembak jatuh Inggris. Kendati merupakan penerbangan untuk misi damai, rute yang dilalui Hercules tetap melalui kawasan udara yang menjadi kawasan patroli bagi pesawat-pesawat tempur RAF. Setelah diketahui bahwa gangguan komunikasi radio disebabkan gelombang radio di Subang sedang diganti frekuensinya, Razak dan timnya akhirnya hanya bisa menunggu. Tapi Razak tetap masih menunjukkan kegelisahannya karena terlanjur mengirim sebuah pesawat terbang dengan harapan bisa memandu Hercules. Pesawat yang dikirim Razak ini juga tetap saja rentan terhadap sergapan pesawat tempur Inggris.


 Pesawat Hercules TNI-AU


Hercules misi damai yang dipiloti Komodor Susanto akhirnya bisa mendarat dengan selamat di Kuala Lumpur. Setelah mengadakan perundingan dengan Razak dan sukses, tim sepakat melanjutkan perundingan dengan Tunku di Alor Setar. Tapi mendaratnya pesawat militer Indonesia di Kuala Lumpur dengan misi rahasia ternyata membuat perwakilan Inggris marah besar. RAF bahkan mengancam akan menembak jatuh Hercules yang melanjutkan perjalanan ke Kedah karena pasti melintasi ruang udara Butterworth. Penang, tempat pangkalan militer Inggris. Sementara delegasi Indonesia juga tak mungkin meninggalkan Hercules TNI AU karena pasti akan disabot oleh Inggris. Untuk mengatasi kendala itu sejumlah pejabat pen-ting Malaysia memutuskan masuk Hercules sehingga membuat RAF kebingungan.
Mereka tidak mungkin menembak jatuh Hercules yang berisi para pejabat penting Malaysia. Penerbangan ke Kedah pun berlangsung dalam suasana penuh ketegangan. Suasana bersahabat baru muncul setelah rombongan tiba di rumah peristirahatan Tunku Rahman. Kehadiran Benny yang cukup dikenal Tunku lewat Razak bahkan makin memperlancar pertemuan.

Hasil perundingan sukses dan pada 27 Mei, tim perdamaian Indonesia sudah bisa pulang ke Jakarta. Tindak lanjut dari pertemuan dengan Tunku Rah-man adalah perundingan Abdul Razak dengan Menlu Adam Malik di Bangkok dan langsung menghasilkan rumusan mengenai penyelesaian konfrontasi secara damai. Tapi sikap Adam Malik yang menerima begitu saja setiap usulan Malaysia sempat membuat Bung Karno dan unsur dari ABRI kecewa, sehinggga peran Adam Malik diserahkan kepada Soeharto. Di tangan Soeharto bola penyelesaian damai seolah menemukan penyerang yang tinggal mengegolkan ke gawang.


 Jakarta Accord


Pada 11 Agustus 1966, piagam yang dikenal sebagai Jakarta Accord berisikan persetujuan untuk menormalisasi hubungan Indonesia-Malaysia disepakati. Konfrontasi yang telah menelan korban jiwa dan harta pun bisa diakhiri dengan memuaskan dan menghindarkan dari perang yang makin meluas hingga ke Sumatra dan Jawa. Setelah perdamaian bisa diwujudkan, Benny ternyata masih bertahan di Kuala Lumpur. Prajurit komando itu tidak lagi bertugas menggalang pasukan gerilyawan tapi bertugas memulihkan kembali persahabatan antara kedua Bangsa baik secara diplomatik maupun sebagai saudara serumpun.

sumber : sejarahperang.com

Sejarah Proklamasi Indonesia yang tidak Pernah Diungkapkan

Basyral Hamidy Harahap
Pengantar dari penulis:

Artikel ini dimuat oleh Harian KOMPAS edisi 16 Agustus 2001, halaman 28 kolom 1 s.d. 9 yang disalin kembali seperti di bawah ini dengan koreksi nama Shigetada Nishijima yang di KOMPAS tertulis Sigetada Nishijima. 

SAYA merasa beruntung mendapat peluang mewawancarai satu-satunya saksi hidup peristiwa bersejarah perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dia adalah Shigetada Nishijima (90), yang kini hidup bersama isterinya di suatu apartemen di Tokyo. Pertemuan kami berlangsung dalam suasana kekeluargaan yang kental. Ini merupakan wawancara saya yang kedua dengan Nishijima. Pertama, pada bulan November 1990 di kediaman Nu. Adam Malik di Jalan Diponegoro 29, Jakarta Pusat. Kedua, tanggal 10 Oktober 2000 di Meguro-ku, Tokyo.

PERTEMUAN itu diatur beberapa hari sebelumnya. Kedatangan saya diterima dalam suasana kekeluargaan yang hangat oleh Shigetada Nishijima dan Hideki Nishijima, puteranya kelahiran Bandung. Ketika itu Ny. Nishijima sedang sakit.

Berbincang-bincang selama satu jam penuh dengan tokoh seperti Shigetada Nishijima, merupakan suatu kehormatan bagi saya. Nishijima telah menyediakan sjumlah bahan-bahan wawancara. Nishjima memperlihatkan beberapa dokumen penting, antara lain empat halaman surat Mr. Ahmad Subarjo bertanggal 18 Oktober 1954, sepucuk surat Adam Malik, surat asli Bung Hatta bersama amplopnya yang masih berperangko. Nishijima menyerahkan dokumen-dokumen tersebut kepada saya. Sebuah naskah memoarnya dalam bahasa Jepang menjadi rujukan dalam wawancara itu.

Nishijima adalah pribadi yang menarik. Dia seorang yang periang, ingatannya masih cerelang, suaranya lantang, fasih berbahasa Indonesia, Inggris, dan Belanda. Sebelum pendudukan Jepang, Nishijima tinggal di Jakarta, kemudian pindah ke Bandung sebagai pegawai di Toko Jepang, Chiyoda. Karena pergaulannya yang erat dengan para pemuda pejuang Indonesia menjelang pendudukan Jepang, pemerintah colonial Belanda menangkap Nishijima. Dia mendekam di kamp tahanan politik berpenghuni kira-kira 500 orang di Garut. Di antara tahanan itu ada Adam Malik, Asmara Hadi, S.K. Trimurti, dan lain-lain.


 Laksamana Tadashi Maeda

Pada masa pendudukan Jepang, Nishijima adalah tangan kanan sekaligus penerjemah bagi Laksamana Tadashi Maeda. Menjelang proklamasi kemerdekaan, Nishijima banyak membantu para pemuda, antara lain Adam Malik, Sukarni, Chairul Saleh, Elkana Lumban Tobing, B.M. Diah, Wikana, Pandu, dan lain-lain.

Wawancara dengan Nishijima saya fokuskan pada peristiwa perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1945 malam di kediaman Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol 1, Jakarta Pusat sekarang.

Laksamana Tadashi Maeda dan Shigetada Nishijima telah sepakat, bertekad bulat untuk tidak menceritakan kepada Sekutu tentang keterlibatan mereka dalam perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu. Alasannya antara lain untuk melindungi nama baik Republik Indonesia. Terlebih, Sekutu sudah mencium keterlibatan pihak Jepang. Sekutu menuduh bahwa Proklamasi itu adalah rekayasa pihak Jepang. Di bawah ini beberapa petikan wawancara dengan Shigetada Nishijima, sebagai berikut:

Tanya (T): Pak Nishijima, bagaimana sikap Laksamana Tadashi Maeda dan Pak Nishijima sendiri menghadapi tuduhan Sekutu tentang keterlibatan pihak Jepang dalam perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 16 Agustus 1945?

Jawab (J): Terus terang, Laksamana Muda T. Maeda dan saya berusaha sekeras-kerasnya untuk menjaga nama baik Republik Indonesia, agar jangan sampai Belanda bias mengecap RI itu sebagai bikinan Jepang. Pada akhir bulan Desember 1946, E.S. Pohan sebagai war crime's suspect, dipindahkan dari salah satu tempat ke penjara Gang Tengah. Dia dimasukkan ke double sel yang tadinya ditempati Tuan T. Maeda. Kemudian Tuan T. Maeda dipindahkan ke dalam sel saya. Memang ini adalah kesalahan dari pihak pengurus penjara. Karena Tuan T. Maeda dan saya masih belum diperiksa mengenai rapat dan kejadian di rumah Tuan T. Maeda. Kami berdua merasa amat senang. Kami berunding betul-betul sampai mana boleh terus terang dan mana harus tinggal diam saja mengenai perumusan naskah proklamasi.
Karena pada waktu itu Belanda berusaha keras untuk mengecap Republik sebagai bikinan Jepang. Karena apa? Karena tanggalnya ditulis ‘05. ’05 artinya artinya tahun Jepang, bukan ’45. Biarpun pemeriksa berturut-turut empat hari menekan saya sampai akhirnya mengeluarkan air kencing berdarah, saya tetap tidak mengaku. Umur saya waktu itu hamper 36 tahun dan masih bisa tahan.

T: Siapa saja yang duduk di meja bundar ketika merumuskan naskah Proklamasi itu? 

J: (Sambil menggambarkan suasana di ruangan itu Nishijima berkisah). Di sini duduk Tuan Maeda, Tuan Sukarno, Tuan Hatta, Mr. Subarjo, saya sendiri, Tuan Yoshizumi, dan S. Miyoshi dari Angkatan Darat. Kami membicarakan bagaimana teks proklamasi. Pemuda ada di luar, antara lain Sukarni, Chairul Saleh dan yang lainnya. Pemuda meminta agar supaya teks itu bunyinya keras, artinya hebat. Padahal saya sendiri sebagai pihak Jepang, apalagi saya tahu sedikitnya international law bahwa jika pihak Jepang mengakui dan menyetujui teks itu, kita akan dimarahi oleh Sekutu. Jadi kata-kata itu harus dirumuskan. Sehingga ada perubahan-perubahan. Perubahan itu, tentang kata penyerahan, dikasihkan, atau diserahkan. Itu tidak bisa. Perebutan juga kita tidak mau mengakuinya. Sehingga di sini diadakan pemindahan kekuasaan. Sukarno sendiri menulis diselenggarakan. Pihak Indonesia tidak mengakui bahwa itu dicampuri oleh Jepang.

T: Apakah Pak Nishijima pernah menulis tentang peristiwa perumusan naskah Proklamasi itu?

J: Saya dan sudara Koichi Kishi sudah menerbitkan buku tentang pendudukan Jepang di Indonesia dalam bahasa Jepang berjudul Indonesia niokeru Nihon Gunsei no Kenkyu yang diterbitkan pada bulan Mei 1959. Soal perumusan juga tertera di dalam buku itu. Tidak kurang dari 100 tulisan ditambah televise BBC London dan NHK Tokyo yang menyiarkan keterlibatan saya dalam perumusan naskah Proklamasi.

T: Bagaimana pendapat Pak Nishijima tentang sikap pihak Indonesia yang tidak mengakui keterlibatan Jepang dalam penyusunan naskah Proklamasi itu?

J: Saya memahami perasaan pihak Indonesia bahwa soal proklamasi itu betul-betul peristiwa bersejarah. Jadi mereka tidak mau mengakui bahwa orang Jepang campur tangan dalam hal itu.

T: Bagaimana reaksi pemimpin-pemimpin Indonesia terhadap klarifikasi Pak Nishijima bahwa sebenarnya pihak Jepang mengambil bagian dalam perumusan Proklamasi itu?

J: Sampai sekarang saya tidak menerima “bantahan secara terbuka” dari pihak Indonesia, baik dari pelaku-pelaku maupun pemuda-pemuda atau pemimpin-pemimpin yang mengintip.

T: Apakah ada saksi lain yang dapat membenarkan keterangan Pak Nishijima itu?

J: Ada, Nyonya Satsuki Mishima, alamat 1-28-16, Bukomotomachi, Amagasaki-shi, telepon 064-31-2509. Dialah yang menyediakan makan sahur bagi Bung Karno dan Bung Hatta. Saya Tanya kepadanya tentang berapa orang Jepang duduk di meja bundar bersama-sama Bung Karno, Drs. Hatta dan Mr. 
Subarjo. Dia menjawab tegas bahwa ada Laksamana T. Maeda, T. Yoshizumi, S. Nishijima, dan S. Miyoshi dari Angkatan Darat.

T: Sejauh mana Pak Nishijima mengenal Bung Karno, Bung Hatta, Adam Malik, dan Ahmad Subarjo?

J: Saya mengenal Bung Karno dan Bung Hatta di Jakarta. Ketika itu pemuda begitu berkobar. Sehingga saya menjadi pengantara. Ketika itu saya sudah kenal baik sama Bung Karno dan Bung Hatta. Saya bersama-sama pergi ke Makassar pada masa perang. Jadi ketika itu saya terpaksa menjadi pengantara pemuda, Karni, dan Chairul Saleh. Bung Karno juga baik sekali sama saya. Adam Malik melihat saya sebagai saudara. Saya juga menganggap dia sebagai saudara. Dia bekas pejuang. Jadi saya menghargai betul.Mr. Subarjo adalah sahabat baik saya. Dia menulis surat kepada saya pada tanggal 18 Oktober 1954. Subarjo antara lain menulis, “Percayalah bahwa sampai mati saya tak akan lupa teman-teman di Jepang yang dengan hati suci dan sungguh-sungguh membantu kami dalam melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Hanya orang sedikit saja yang tahu menahu akan seluk-beluknya di sekitar Proklamasi. Dan, sudah barang biasa dalam sejarah dunia bahwa di belakang kejadian-kejadian yang sangat penting masih terbenam beberapa faktor-faktor yang tak diketahui oleh umum. Seperti dalam Proclamation of Independence daripada Amerika Serikat, baru saja belakangan hari ini diketahui bahwa bukan Thomas Jefferson yang merancangkannya, tetapi seorang bernama Thomas Paine yang menulis beberapa buku ilmu filsafat, seperti The Rights of Man. Baru 150 tahun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Amerika, orang mulai mengetahui bahwaThomas Paine itu yang merancangkan kata-kata Declaration of Independence itu.

Maka dari itu, penting sekali kalau orang-orang seperti Tuan yang tahu betul seluk-beluknya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia menulis feitennya (faktanya, penulis). Terserah kepada historicus yang akan dating untuk menulis dengan cara obyektif dan perasaan tanggung jawab terhadap kebenaran, bagaimana terjadinya Proklamasi kita iti.”

Itu yang ditulis Subarjo. Adam Malik sendiri pernah mengatakan kepada saya, 22 Desember 1976 di Hotel Takanawa Prince, Tokyo, “Saya dengar dari Sdr. Sukarni almarhum bahwa Sdr. Nishijima ikut serta merumuskan naskah proklamasi, dan saya mengerti sikap saudara yang menutup hal itu terhadap Belanda untuk menolong Republik,” kata Adam Malik.

Bung Karno juga mengakui bahwa orang-orang Jepang secara pribadi tidak sedikit yang ikut berjuang bersama-sama bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Untuk menghargai jasa-jasa mereka, khususnya Ichiki Tatsuo dan Yoshizumi Tomegoro, pada tanggal 15 Februari 1958, ketika Bung Karno berada di Tokyo menyerahkan kepada saya teks sebuah prasasti untuk disimpan di biara Buddha Shei Shoji di Minatoku, Tokyo.

Terasa wawancara selama satu jam berlalu sangat cepat. Keinginan saya untuk menggali informasi lainnya terpaksa diurungkan, karena Pak Nishijima tampak kelelahan. Itulah sekelumit wawancara dengan Shigetada Nishijima. Mudah-mudahan harapan Nishijima dan Mr. Ahmad Subarjo tercapai, yaitu agar ada sejarawan yang menulis peristiwa penyusunan naskah Proklamasi sesuai fakta.

Basyral Hamidy Harahap
Sekretaris Yayasan Adam Malik

Perkumpulan Kipas Hitam di Indonesia




Setelah Jepang menyerah terhadap Sekutu pada 14 Agustus 1945, Departemen Propaganda (Sendenbu) di bawah pimpinan Hitoshi Shimizu berusaha melakukan perlawanan. Dia mendirikan perkumpulan rahasia Ular Hitam, berisi orang-orang Indo-Belanda bermarkas di Bogor; Chin Pan, menampung orang-orang Tionghoa; dan yang terpenting adalah Kipas Hitam.

“Kipas Hitam dibentuk untuk mempersiapkan orang-orang Indonesia melakukan perang kemerdekaan di bawah bimbingan Jepang,” tulis Joyce C. Lebra dalam Tentara Gemblengan Jepang.

Menurut Aiko Kurasawa dalam Mobilisasi dan Kontrol, Shimizu adalah seorang propagandis profesional yang memulai kariernya di China pada 1930-an. Dia kembali ke Jepang pada 1940 dan bergabung dengan Persatuan Pembantu Pemerintahan Kekaisaran (Taisei Yokusankai), organisasi massa bentukan pemerintah Jepang, yang kemudian menjadi model bagi Jawa Hokokai. Dia juga bergabung dengan Toa Remmei (Federasi Asia Timur).

Shimizu, sebagai dikutip Lebra, ingat, “Saya berafiliasi dengan Toa Remmei di masa lalu, dan saya punya gagasan untuk mengembangkannya di Indonesia sebuah gerakan spiritual populer yang mencerahkan, yang bisa disebut sebagai gerakan Asia.”

Shimizu sempat berhenti dan bekerja di Biro Penerangan Kabinet (Naikaku Johokyoku), hingga ditarik oleh Angkatan Darat ke-16 sebagai atase sipil yang bertugas militer dan bertanggungjawab atas propaganda di Indonesia. Di sinilah ide-idenya direalisasikan, dengan membentuk organisasi-organisasi massa yang akan dimobilisasi untuk memberi dukungan politik bagi kepentingan perang Jepang.

Shimizu dekat dengan orang-orang Indonesia, dari kalangan pemuda maupun tokoh nasional seperti Sukarno-Hatta. Dia memberikan rumah di Pegangsaan Timur 56 dan mobil limusin Buick –kelak menjadi mobil kepresidenan– untuk Sukarno. Menjelang proklamasi, dia membantu mencarikan kain merah putih untuk bahan Fatmawati membuat bendera.

Dia berperan dalam pembentukan organisasi massa yang menggerakkan dukungan politik bagi Jepang: Gerakan Tiga-A (Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia), Pusat Tenaga Rakyat, Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Rakyat), dan Shuisintai (Barisan Pelopor).

Dia juga mendirikan Asrama Angkatan Muda di Menteng 31, yang menyediakan tempat bagi para pemuda untuk mendapatkan pendidikan politik. Pembentukan sejumlah perkumpulan rahasia menjadi salah satu upaya terakhirnya di tengah kekalahan perang Jepang.

Kipas Hitam bukanlah khas Indonesia. Menurut R-H. Barnes dalam Fransiskus/Usman Buang Duran: Catholic, Muslim, Comunist, Kipas Hitam bersama Banteng Hitam dan Naga Hitam merupakan bagian dari Perkumpulan Naga Hitam (Kokuryukai).
Perkumpulan Naga Hitam merupakan kelompok ultranasionalis paramiliter Jepang yang dibentuk pada 1901 oleh Ryohei Uchida. Perkumpulan ini menerbitkan jurnal dan menggelar sekolah pelatihan spionase, yang dikirim untuk mengumpulkan informasi dari Rusia, Manchuria, Korea, dan China. Selain itu, organisasi ini menekan para politisi Jepang agar mengadopsi kebijakan luar negeri yang kuat. Kokuryukai mendukung Pan-Asianisme.

“Para anggota Perkumpulan Naga Hitam melakukan aksi bersenjata, provokasi dan pembunuhan guna kepentingan rezim kekaisaran. Terutama saat penaklukan Manchuria (China), mereka melakukan pembunuhan dan propaganda yang aktif dan efektif,” tulis Peter Schumacher dalam Een Bende op Java.

Di Indonesia, suratkabar Persatoean mengindikasikan bahwa dana pembentukan Kipas Hitam berasal dari “fonds kemerdekaan” yang dikumpulkan Jepang selama pendudukan. Fonds ini dimaksudkan untuk kegiatan pemuda, pendidikan, dan bantuan bagi rakyat miskin. “Yang harus bertanggung jawab atas sebagian besar propaganda ini ialah Hitoshi Shimizu,” tulis Persatoean, 9 Mei 1946.

Tapi Shimizu tak bisa mengawal perkumpulan rahasianya. Dia keburu ditangkap Sekutu pada akhir 1945. Dia diinterogasi di Jakarta dan mengaku bertanggung jawab atas propaganda supaya penduduk membeci segala bangsa berkulit putih, terutama Belanda, “dan menyusun gerakan rahasia yang akan mampu bekerja atas kemauan sendiri, bila Jepang terpaksa menyerah sendiri, dia mendirikan Kipas Hitam,” tulis Soeloeh Ra’jat, 23 Agustus 1946.

Tanpa Shimizu, Kipas Hitam terus berjalan. Keberadaannya bahkan menarik perhatian banyak pemuda, dan juga Sutan Sjahrir. Dalam pamfletnya Perdjoengan Kita, Sjahrir menulis betapa perkumpulan rahasia Jepang, termasuk Kipas Hitam, mulai memberi pengaruh pada para pemuda. “Meskipun secara lahir para pemuda membenci Jepang, namun jiwa mereka telah terpengaruh oleh propaganda Jepang, sehingga tingkah laku dan cara berpikir mereka mencontoh Jepang. Ini terlihat dari kebencian mereka terhadap bangsa-bangsa asing, terutama Sekutu dan Belanda,” tulis Sjahrir.

Alih-alih melawan Sekutu, Kipas Hitam malah membuat kekacauan di sejumlah tempat. Di Bondowoso, misalnya, ditemukan selebaran dan pamflet, mengatasnamakan Kipas Hitam dan Pedang Samurai, yang berisi ancaman kepada polisi setempat. “Pedang Samurai yang selama perang hanya membuktikan kekejaman terhadap penduduk dan Kipas Hitam yang hanya mengacau dan merusak harus lenyap dari Indonesia,” tulis Pelita Rakjat, 2 Juli 1948.

Anggota Kipas Hitam pun harus berhadapan dengan para pemuda republiken. Soeara Rakjat, 1 Oktober 1945, memberitakan pemuda republiken menangkap 20 anggota Kipas Hitam di stasiun kereta api dan menyita sejumlah senjata. Penangkapan dilakukan oleh para pemuda kereta api, Barisan Pelopor, polisi, dan lain-lain. Pemuda kereta api juga menangkap empat anggota lainnya di sebuah terowongan kereta api dan menyita uang sebesar f.50.000.

Di Surabaya, dilakukan razia, terlebih tersiar kabar anggota Kipas Hitam membantu gerakan Dood alle Inlanders (bunuh semua bangsa Indonesia). Menurut Sutomo, para pemuda dan anak kampung sering memberhentikan mobil pembesar Jepang. Setelah berhenti, mereka memaksa penumpang turun, dan menginterogasi apakah kenal gerakan Kipas Hitam atau tidak. Jika tak kenal, mereka boleh melanjutkan perjalanan tapi dengan berjalan kaki. Mobil disita. “Alasan mencari kaki tangan Kipas Hitam terus digunakan oleh rakyat dan pemuda dalam usaha menambah jumlah kendaraan untuk Republik Indonesia,” kata Sutomo dalam Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian dan Pengalaman Seorang Aktor Sejarah.

Gerakan Kipas Hitam perlahan memudar.

Di kemudian hari, Shimizu tetap menjalin kontak dengan Indonesia. Dia membentuk Asosiasi Kebudayaan Jepang-Indonesia dan, setelah tahun 1964, berusaha menghubungkan perkumpulan kebudayaannya dengan Lembaga Persahabatan Indonesia-Jepang, yang diketuai Ratna Sari Dewi sejak Mei 1964. Dia kembali mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh yang pernah dia kenal di zaman Jepang pada 1977, termasuk menemui Fatmawati.

Selasa, 22 April 2014

Bendera Bajak Laut Jolly Roger dan Sejarahnya

Bendera merupakan simbol yang digunakan oleh kapal untuk memperlihatkan identitas mereka kepada kapal lain, sehingga dengan bendera dapat diketahui apakah kapal tersebut merupakan teman atau musuh.

Bajak laut mengibarkan benderannya bertujuan untuk meruntuhkan mental tempur kapal musuh. Bendera bajak laut dirancang untuk menebarkan ancaman, mengintimidasi dan menimbulkan rasa takut terhadap musuh-musuhnya. Bendera bajak laut juga salah satu elemen penting untuk menunjukan reputasi, eksistensi dan keberhasilan yang telah dicapai oleh kelompok mereka.

Warna Background atau latar belakang bendera bajak laut biasanya berwarna merah atau hitam. Walaupun hitam merupakan warna yang identik dengan bajak laut, warna awal yang sering digunakan bajak laut adalah merah. Warna merah bajak laut memiliki makna pertumpahan darah, bisa juga diartikan dengan “Tidak ada ampun yang diberikan bagi musuh”. Perkembangan berikutnya, warna merah kemudian digantikan oleh warna hitam. Warna hitam sendiri menyimbolkan kematian. Kemudian bendera bajak laut berkembang dengan terdapatnya simbol-simbol yang mematikan pada bendera mereka.

Jolly Roger





Bendera Kebesaran Bajak Laut “Jolly Roger” yang sangat terkenal hingga saat ini Barbary Corsair merupakan salah satu bajak laut terkenal dari Afrika Utara yg kerap menyerbu kapal-kapal di daerah Mediterania antara tahun 1520 hingga 1530.Corsair yang paling terkenal adalah Barbarossa bersaudara dan Occhiali.Karena saking melegandanya kisah bajak laut ini,banyak rumah produksi film menganggkat kisah-kisah perjalanan perompakan mereka,contoh film yang diadaptasi dari kisah mereka adalah Sinbad (teman2 tentunya tau dong film legendaris ini).

Lain Corsair lain juga dengan Sea Dogs.Sea Dogs merupakan bajak laut seperti SirFrancis Drake,yang secara rahasia ditugaskan oleh Ratu Elizabeth I untuk menyerang kapal-kapal Spanyol,musuh-musuh mereka di perairan Karibia.

Surat dari Marque yang dikeluarkan oleh Kerajaan memberi restu resmi kepada para penjarah Inggris,sehingga mereka disebut pasukan pribadi (privateer). Ketika Raja James I menarik surat dari Marque pada tahun 1603,pasukan pribadi digantikan oleh buccaneers yang tidak mengenal hukum dan aturan seperti bajak laut Henry Morgan yang meneror Karibia dari pangkalan-pangkalan di Jamaica
seperti Port Royal.

Buccaneer berasal dari bahasa Perancis,boucan (memanggang) karena sebagian besar dari mereka adalah pemburu miskin yang memanggang daging sapi dan babi hasil rampokan mereka. Perompakan mencapai kejayaannya antara tahun 1690 hingga 1720,disaat sedang ramai-ramainya pelayaran kapal2 dagang antara Eropa dan koloni-koloninya di seluruh dunia.

Di Samudera Hindia terdapat Bajak Laut seperti William Kidd dari Madagaskar.Di perairan Bahama,terdapat “calico Jack” Racham dan para Bajak Laut Wanita, seperti Anne Bonny dan Mary Read.
Ilustrasi kepala tanpa badan milik Si Janggut Hitam digelantungkan pada layar kapal bajak lautnya
Bajak Laut yang paling terkenal kejahatan dan kesadisannya sepanjang masa adalah “Blackbeard” atau Si Janggut Hitam (nama aslinya Edward Teach),yang selalu muncul dengan gaya khasnya,yaitu kembang api menyala yang terikat pada jenggot hitamnya yang lebat.

Kematian Bajak Laut ini sangatlah tragis,kepala tanpa badannya digelantungkan di atas layar kapal kebesarannya,setelah ia beserta para pengikut-pengiktnya kalah dan terbunuh dalam pertempuran hebat melawan armada Laut Inggris. Aktifitas Bajak Laut sendiri mulai berkurang setelah tahun-tahun 1720,ketika
pada era-era itu Angakatan Laut Inggris meyebar keseluruh Dunia.

Ciri - Ciri :


Walaupun banyak versi bendera bajak laut yang berbeda-beda, salah satu bendera yang paling terkenal disebut dengan “Jolly Roger”.
 Ada beberapa versi mengenai asal-usul nama “Jolly Roger” :
  •  Jolly Roger berasal dari pengucapan bahasa Inggris dari kata “Jolie Rouge”
  •  Jolly Roger berasal dari kata “Rouge” yang menggambarkan sosok seorang pengembara,         pengemis ataupun pencuri.
  •  Jolly Roger berasal dari kata “Old Roger” yang merupakan sebutan dari orang Inggris untuk sosok Setan.

  Sedangkan deskripsi dari simbol Jolly Roger :
  •  Warna background hitam
  •  Di tengah bendera terdapat gambar sebuah tengkorak (skull)
  •  Di bawah tengkorak terdapat dua tulang menyilang (crossbones)
  •  Jolly Roger disebut juga dengan “Skull and Crossbones”

 Bendera Bajak Laut di KRI Dewaruci
 



Terlihat di salah satu tiang kapal Dewa Ruci terdapat bendera hitam dengan gambar tengkorak putih dan tulang menyilang. Itulah bendera Jolly Roger , bendera wajib bagi kapal -kapal pembajak. Looh kok KRI Dewa Ruci mengibarkan bendera khas bajak laut?

Bendera Jolly Roger merupakan ciri khas dari KRI Dewa Ruci dibandingkan kapal-kapal layar tinggi lainnya yang tidak mengibarkan bendera khas perompak. Ukurannya macam-macam mulai dari yang terkecil 2mx3m sampai yang paling gede, 9mx12m.   Kapten Roosenow (Komandan pertama KRI Dewa Ruci) telah menggunakannya , walaupun dalam situasi kapal menghadapi ombak besar, melewati perairan yang dianggap rawan bahaya , dan pada saat tradisi “Mandi Khatulistiswa” ( Tradisi khas yang dilakukan di KRI Dewa Ruci) Sampai Sekarang bendera itu dikibarkan hingga membuat orang – orang kaget , jangan – jangan KRI Dewa Ruci adalah Kapal bajak laut??



Tanpa diminta para awak kapal dan kadet KRI Dewaruci akan mengantar pengunjung berkeliling dan menceritakan berbagai hal hal tentang kapal ini, Demikian juga mereka saat menikmati penampilan kesenian, drumband, dan berbagai pertunjukan interaktif yang dimainkan oleh para kadet dan awak KRI Dewaruci. Banyak para pengunjung yang tidak beranjak dari tempatnya dan kembali berkunjung esok harinya.

 “Dan pada saat KRI Dewaruci meninggalkan pelabuhan banyak pengunjung yang merasakan kehilangan dan bersedih karena berpisah dengan KRI Dewaruci, tidak sedikit yang meneteskan airmatanya. Inilah bukti. Dan itulah artinya , The Real Pirate, yang saya maksud tadi, karena kami telah membajak hati mereka. I`ve catched their heart,”tandas suharto mengenai makna bendera tengkorak KRI Dewaruci.

“Dalam pekerjaan biasa dan terhormat, berarti bekerja mati-matian untuk upah yang sedikit. Sedangkan kehidupan seorang bajak laut, adalah puncak kemenangan dan keserakahan, kepuasan dan kekayaan, kebebasan dan lagi kekuasaan”